Just another free Blogger theme

Jumat, 09 Desember 2022

 

Keperilakuan Akuntansi: Akuntansi Sumber Daya Manusia

Konsep Akuntansi Sumber Daya Manusia

Dalam Pengertian harfiah “akuntansi sumber daya manusia” berarti akuntansi untuk manusia sebagai suatu sumber daya organisasional. Hal ini melibatkan pengukuran biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan- perusahaan bisnis dan organisasi lainnya untuk merekrut, menyeleksi, memperkerjakan, melatih, dan mengembangkan aktiva manusia. Akuntansi sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap biaya yang akan dikeluarkan untuk menggantikan sumber daya manusia dari suatu organisasi.

Ada dua alasan untuk memasukkan sumber daya manusia dalam akuntansi. Pertama, manusia merupakan sumber daya yang berharga selama mereka memberikan kontribusi jasa yang dapat diukur. Kedua, nilai dari seseorang sebagai sumber daya tergantung pada bagaimana dia diperkerjakan oleh manajemen. Dengan kata lain, akuntansi sumber daya manusia berarti mengukur investasi organisasi dalam setiap manusia yang bekerja dalam organisasi, termasuk biaya untuk mengganti orang-orang tersebut dan nilai manusia bagi perusahaan.

Sejarah Akuntansi Sumber Daya Manusia

Dorongan terhadap pengembangan  akuntansi sumber daya manusia dalam struktur ekonomi pertanian dan industrial tingkat modal manusia jauh lebih rendah dibandingkan saat ini. Teori dan metode akuntansi tidak memperlakukan baik manusia atau investasi dalam manusia sebagai aktiva (kecuali budak, yang dipandang sebagai property). Tetapi dengan semakin pentingnya modal manusia pada tingkat perekonomian secara keseluruhan, serta pada tingkatan perusahaan individual, sejumlah besar riset telah dirancang untuk mengembangkan konsep dan metode akuntansi bagi manusia sebagai aktiva. Bidang ini dikenal sebagai “akuntansi sumber daya manusia”. Akuntansi sumber daya manusia adalah suatu pengakuan bahwa orang-orang merupakan modal manusia maupun aktiva manusia. Teori akuntansi dari modal manusia didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal, yang disebut dengan “modal manusia”.

Riset Akuntansi Sumber Daya Manusia

Riset selanjutnya mengenai Akuntansi Sumber Daya Manusia sejak studi awal oleh Hermanson, Brummet, Flamholtz, dan Pyle, terdapat sejumlah besar riset teoritis dan empiris untuk untuk mengembangkan konsep, model, dan metode akuntansi bagi manusia sebagai aktiva organisasional. Bidang tersebut secara keseluruhan telah dikenal sebagai “Akuntansi Sumber Daya Manusia”

Pengukuran Biaya dan Nilai Dari Sumber Daya Manusia

Pengukuran biaya dan nilai dari sumber daya manusia siperlukan untuk:

1. Memfasilitasi perencanaan dan pengambilan keputusan personalia oleh staff manajemen personalia.

2. Memungkinkan manajemen puncak untuk mengevaluasi efektivitas dengan mana sumber daya manusia telah dikembangkan, dipelihara dan digunakan oleh manajemen ditingkatan yang lebih rendah (terutama dalam perusahaan besar yang terdesentralisasi)

Akuisisi dan Akuntansi Sumber Daya Manusia

Akuisisi sumber daya manusia melibatkan perekrutan, seleksi, dan penerimaan orang untuk memenuhi kebutuhan tenaga manusia organisasi saat ini dan ekspektasi dimasa depan. Langkah pertama dalam akuisisi sumber daya manusia adalah untuk memprediksikan kebutuhan tenaga manusia. Langkah kedua adalahg seleksi karyawan yaitu proses lain dimana akuntansi sumber daya manusia dapat memainkan suatu peranan. Kebijakan akuisisi dan pengembangan akuntansi sumber daya manusia menyediakan informasi ekonomi yang dibutuhkan oleh amanjemen untuk membantu dalam memformulasikan kebijakan akuisisi dan pengembangan karyawan.

Evaluasi dan Penghargaan Sumber Daya Manusia

Evaluasi dan Penghargaan Sumber Daya Manusia Evaluasi adalah proses penetapan nilaiu manusia bagi suatu organisasi. Hal tersebut melibatkan pengukuran produktivitas (kinerja) dan daya promosi manusia. Saat ini, sumber daya manusia dapat berguna dalam proses metode nonmoneter. Tetapi, metode-metode ini tidak dapat digunakan pada kebanyakan masalah dan keputusan akuisisi, pengembangan, alokasi, dan, konservasi sumber daya manusia sebagaimana dikutip diatas. Oleh karena itu, yang dibutuhkan sebenarnya adalah metode moneter terhadap evaluasi sumber daya manusia.

 

 

Keperilakuan Akuntansi: Akuntansi Lingkungan

Konsep akuntansi lingkungan

Akuntansi Lingkungan (Environmental Accountin atau EA) merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.

Sedangkan lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan baik secara nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan dengan akuntansi lingkungan untuk perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya.

Pada dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti beberapa factor berikut, antara lain:

1. Biaya konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai satuan uang)

2. Keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik)

3. Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dengan nilai satuan uang)

Tujuan akuntansi lingkungan

Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya.

Pengungkapan ini penting terutama bagi para stakeholders untuk dipahami, dievaluasi dan dianalisis sehingga dapat memberikan dukungan bagi usaha mereka. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan selanjutnya menjadi bagian dari suatu system social perusahaan. Di samping itu, maksud dan tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain meliputi:

1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan

2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat.

Peran dan fungsi akuntansi lingkungan

Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan sendiri. Dalam Fungsi internal ini diharapkan akuntansi lingkungan berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh manajer ketika berhubungan dengan unit-unit bisnis.

Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan keuangan. Pada fungsi ini factor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data akuntansi. Fungsi eksternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholders.

Pengertian dan klasifikasi biaya

Pengertian biaya secara umum dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut biaya. Beberapa definisi biaya antara lain:

a. Menurut Hansen dan Mowen (2009), biaya adalah nilai kas atau ekuivalensi yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat masa kini atau dimasa dating bagi organisasi

b. Menurut Muhadi (2002) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomu yang diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi yang mungkin akab terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Chairi dan Ghozali (2007), pengukuran biaya dapat didasarkan pada:

a. Cost Historis, yaitu merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran ini dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan dan sebagainya.

b. Cost Pengganti/ Cost Masukan Terkini, yaitu menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama

c. Setara Kas, yaitu jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap aktiva di pasar bebas dengan kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama.

Pengakuan biaya

Pada dasarnya cost mempunyai kedudukan yang penting, yaitu:

1. Sebagai aktiva (potensi jasa)

2. Sebagai beban pendapatan (biaya)

Semua cost harus dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya apabila cost tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan perusahaan, dan berasal dari transaksi masa lalu)

b. Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai

c. Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup handal. Jika cost yang jenis pengeluarannya terjadi berulang-ulang setiap periode, maka cost tersebut dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya. Kondisi ini tidak berlaku untuk persediaan dan uang muka biaya.

Tahapan penilaian Biaya lingkungan

Menurut Hansen dan Mowen (2009) penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan normal, yaitu:

1. Analisis Persediaan: Analisis ini menyebutkan jenis dan jumlah input bahan baku dan energy yang dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan dalam bentuk residu padat, cair dan gas. Analisis ini mencakup seluruh siklus hidup produk.

2. Analisis Dampak: Analisis ini menilai pengaruh lingkungan dari beberapa desain bersaing dan menyediakan peringkat realitive dari pengaruh-pengaruh tersebut

3. Analisis Lingkungan: Analisis ini menilai dampak lingkungan dalam istilah operasional dan keuangan menetapkan tahap untuk langkah akhir, yaitu mencari cara mengurangi dampak lingklungan dari alternative-alternative yang dipertimbangkan atau dianalisis. Langkah inilah yang berhubungan dengan system pengendalian organisasi. Perbaikan kinerja lingkungan dari produk dan proses yang ada merupakan tujuan keseluruhan dari system pengendalian lingkungan

Pelaporan lingkungan

Pelaporan pertanggungjawaban social dan lingkungan sebuah organisasi/ perusahaan dimaksudkan untuk mempresentasikan komponen-komponen di dalam pelaporan keuangan pada umumnya. Dalam terminology akuntansi pertanggungjawaban social pelaporan- pelaporan tersebut dikenal dengan pelaporan pertanggungjawaban social (social- responsibility reporting). Pendefinisian tersebut memerlukan banyak pertimbangan dan consensus mengenai apa saja yang layak dimasukkan ke dalam tanggungjawab social organisasi/ perusahaan.

Pelaporan pertanggungjawaban social sebagai sebuah pelengkap kinerja organisasi/ perusahaan dalam hubungan dengan interaksi organisasi/ perusahaan dengan lingkungan secara fisik dan social.

Pelaporan social dan lingkungan sebagai bentuk pelaporan yang relayif baru dibandingkan dengan pelaporan keuangan. Ada beberapa kerangka acuan yang diterima umum untuk tujuan umum pelaporan keuangan, yang didukung oleh proyek-proyek kerangka acuan konseptual dan standar akuntansi. Akan tetapi untuk pelaporan social dan lingkungan belum ada standar dan pedoman yang baku, paling tidak sampai saat ini belum ada keseragaman.

 

 

 

 

 

Keperilakuan Akuntansi: Akuntansi
Sosial

Pengertian Akuntansi Sosial

Akuntansi social didefinisikan sebagai penyusunan, pengukuran dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi social dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan. Dalam hal ini, akuntansi social berarti indentifikasi, mengukur, dan melaporkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas dimana bisnis tersebut beroperasi, karyawan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut.

Latar Belakang Sejarah Akuntansi Sosial

Pada awal tahun 1900, para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat social dan biaya social dalam model-model teori ekonomi mikro neo klasik. Beberapa gerakan massa pada tahun 1960-an, terutama yang ditujukan untuk membuat pemerintah dan bisnis lebih responsive terhadap kebutuhan masyarakat, memiliki andil dalam memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat social
konsumen menjadi lebih tegas pada tahun 1960-an sehingga menimbulkan gerakan hak-hak konsumen. Kelompok-kelompok konsumen berusaha untuk membuat para pelaku bisnis dan produk-produk mereka lebih responsive terhadap kebutuhan konsumen. Usaha-usaha dilakukan untuk membuat produk-produk yang berbahaya atau tidak sehat diperbaiki atau ditarik dari pasar. Pesan “teliti sebelum membeli” tidak lagi di anggap sebagai praktik bisnis normal. Berbagi buku mengenai keselamatan produk dan mutu membantu mendorong undang-undang perlindungan hak konsumen.

Permasalahan Sosial Indonesia

Masalah social adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jensen, 1992). Masalah social dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai kondisi yang tidak diharapkan.
Krisis ekonomi pada tahun 1998 di Indonesia telah menimbulkan krisis multi dimensi yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Krisis ini mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga indicator-indicator ekonomi, seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap masalah-masalah social. Hal ini membuktikan bahwa aspek social dan aspek politik dapat mengundang sentiment pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi

Tanggapan Perusahaan

Sejak tahun 1960-an banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan kepekaannya terhadap kebutuhan social menjadi lebih responsive lagi secara social. Manajemen mungkin telah menyadari bahwa perusahaan mereka merupakan bagian dari komunitas, bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas arus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja serta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan keuangan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.

Tanggapan Profesi Akuntansi

Secara ringkas, literature awal dari akuntansi social menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan  tertarik dengan data-data ini. Literatur awal ini, bahkan tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran dan pelaporan data-data social. Selanjutnya literature mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi social, termasuk skema pelaporan dan audit social actual.

Akuntansi Untuk Manfaat Dan Biaya Sosial

Ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi tradisional. Gerakan ke arah akuntansi soosial, sebagian besar, terdiri atas usaha-usaha untuk memasukkan biaya social dan biaya social yang tidak terbagi ke dalam model akuntansi.

Teori dan Pelaporan Akuntansi Sosial

Berdasarkan analisis Pigon dan gagasan mengenai suatu “kontrak social” K.V Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya dan manfaat social. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu kontrak tidak tertulis untuk menyediakan manfaat social neto kepada masyarakat. Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan kepada masyarakat dengan kerugian yang di timbulkan oleh perusahaan tersebut kepada masyarakat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut kepada masyarakat meskipun ia menggunakan bahasa yang berbeda.

Menentukan Biaya dan Manfaat Sosial

Pigaou mendefinisikan biaya social yang tidak dikompensasi sebagai non ekonomi eksternal dan eksploitasi terhadap factor-factor produksi. Untuk menerjamahkan definisi ini kedalam terminology operasional, mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan biaya social yang tidak dikompensasikan sebagai seluruh kerugian yang diderita oleh manusia sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi untuk mana mereka tidak diberikan kompensasi secara penuh, sebagai contoh, polusi udara dari suatu pabrik kertas yang menimbulkan dampak berbahaya terhadap kesehatan orang-orang yang tinggal didekat pabrik tersebut merupakan suatu kerugian.

Jelaslah, system nilai masyarakat factor penentu penting dari manfaat dan biaya social dengan mengasumsikan bahwa masalah nilai dapat diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat, masalah berikutnya adalah mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik

Kuantifikasi Terhadap Biaya dan Manfaat

Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat social ditentukan dan kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat dihitung. Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung atau tidak langsung. Dampak langsung, misalnya penyakit paru-paru yang disebabkan oleh debu batu bara yang terhirup oleh pekerja di tambang batu bara. Dampak tidak langsung adalah polusi air yang mengotori dan mematikan ikan-ikan di dalamnya polusi tersebut dapat mengakibatkan berupa hilangnya sumber makanan potensial, hilangnya kesempatan untuk berekreasi.

Waktu

Ketika membahas mengenai dampak dari polusi, salah alokasi sumber daya, penyakit akibat pekerjaan, dan berbagai peristiwa lainnya. Periode waktu antara paparan awal dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian serta manifestasi dari dampak yang buruk disebut dengan periode “persiapan”. Dalam hal pengukuran, penting untuk menentukan lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot yang berbeda dengan bobot jangka pendek.

Dampak

Orang-orang dapat dipengaruhi secara fisik, ekonomi, psikologis dan social oleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya social tersebut perlu untuk mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasinya. Biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis atau social

- Biaya Ekonomi: Biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja.

- Kerugian Fisik: Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbes akan menderita nafas yang pendek dan kemungkinan kematian premature.

- Kerugian Psikologis: para pekerja dapat merasa tidak cukup dan menjadi sedih karena kehilangan peran sebagai penghasil pendapatan dalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitas-aktivitas fisik dan mengetahui bahwa kematian dapat terjadi segera.

- Kerugian Sosial: Dala, keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut. Keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma, sehingga dapat terjadi perpecahan. Berbagai konsekuensi social negative lainnya juga mungkin. Nilai sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.

Audit Sosial

Audit social mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, social dan lingkungan dari program-program yang berorientasi social dan operasi perusahaan yang regular.

Audit social bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari konsekuensi social dari beberapa tindakan mereka. Hal ini dapat dicapai bahkan jika dampaknya tidak dapat dikuantifikasi. Selain itu, audit semacam itu dapat menyebabkan manajer mencoba untuk memperbaiki kinerja mereka dalam bidang social dengan cara mengembangkan rencana kinerja social dan ukuran kinerja yang didasarkan pada rencana itu.

Laporan-Laporan Sosial

David Linowes telah mengembangkan laporan operasi sosio-ekonomi untuk digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi social. Linowes membagi laporannya ke dalam tiga kategori

1. Hubungan dengan manusia

2. Hubungan dengan lingkungan

3. Hubungan dengan produk

Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan

Untuk melihat praktik-praktik pengungkapan social dalam laporan tahunan dari perusahaan- perusahaan di Indonesia lebih lanjut lahi, para peneliti akuntansi telah melakukan berbagai riset mengenai hal ini.

Perkembangan Luar Negeri

Perusahaan- perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi social, baik dalam laporan khusus maupun laporan tahunan. Prancis misalnya telah mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan perusahaan-perusahaan dengan jumlah karyawan yang banyak untuk melaporkan pos-pos hubungan karyawan. Terlibat dalam laporan-laporan ini adalah:

1. Laporan kerja

2. Gaji dan perusahan social

3. Kesehatan dan jaminan kerja

4. Kondisi kerja lainnya

5. Pelatihan

6. Hubungan industry

7. Pengaturan social lainnya yang berbentuk relevan

 

Keperilakuan Akuntansi: Aspek keperilakuan pada etika akuntan

Penalaran modal

Penalaran moral dan pengembangan memainkan peran kunci dalam seluruh area profesi akuntansi. Akuntan yang secara kontinu dihadapkan pada dilemma berada pada konflik nilai.

Masalah etika dalam akuntansi bukanlah hal yang baru, tetapi akhir-akhir ini menjadi sorotan. Seruan perlunya perilaku etis akuntan diperbaharui semakin kencang disuarakan. Studi akademis terbaru mengenai penalaran moral dan pengembangan akuntansi professional public semakin banyak. Arnold dan Ponemon mengungkapkan alasan-alasan pentingnya paradigm riset tentang penalaran moral, yaitu

1. Riset tingkat penalaran moral akuntan dapat memberikan pemahaman tambahan mengenai resolusi konflik etika yang dihadapi oleh akuntan

2. Riset dalam area ini memfasilitasi pengakuan masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan keputusan etika akuntan. Hasil dari studi ini dapat memberikan pedoman yang mempengaruhi sifat etis dalam profesi akuntansi

Model pengambilan keputusan etis

1. Teori Penalaran Moral. Landasan dari mayoritas studi akuntansi tentang perilaku etis akuntan adalah psikologi penalaran moral yaitu suatu teori kognitif tentang proses pengambilan keputusan manusia mendahului perilaku etis. Psikologi dari moral reasoning menjelaskan proses ini dan menganalisis keadaan pikiran individu ketika membuat keputusan etis.

2. Pendekatan Kognitif Lingkungan Terhadap Pengembalian Keputusan Etis. Ketika banyak riset yang berhubungan dengan perilaku etis individual untuk mengukur tingkat moral reasoning individual telah berkembang pendekatan tambahan yang membahas komponen lain dari model riset.

3. Model Alternatif Pengambilan Keputusan Etis. Dalam mengomentari keadaan riset saat ini dalam paradigm etika akuntansi. Machintosh yang mengadopsi perspektif filosofi social, menyatakan bahwa riset saat ini menekankan suatu perspektif yang hanya mengukur penerimaan social dan bukannya perspektif etis yang sesungguhnya. Ia menyatakan bahwa sementara riset sekarang menggunakan ukuran etis alternative, orang berperilaku agak etis atau kurang etis ini adalah masalah ini atau itu.

Riset perilaku etis akuntan

1. Studi Pendidikan Etika. Studi pendidikan etika berusaha menentukan efek pendidikan terhadap keahlian moral reasoning dari para praktisi dan mahasiswa akuntansi. Sementara hasil dari banyak studi umumnya telah menunjukkan bahwa pendidikan kampus secara positif berhubungan dengan pengaruh tingkat moral reasoning individual, temuan dalam ranah akuntansi telah menunjukkan bahwa akuntan pada umumnya tidak mengalami kemajuan pada tingkat perkembangan moral sama seperti lulusan kampus lainnya.

2. Studi Pengembangan Etika. Sementara studi pendidikan etika mengkaji dampak pendidikan terhadap praktisi dan mahasiswa akuntansi, studi pengembangan etika berfokus pada mengembangan moral reasoning dalam profesi akuntansi. Riset memberikan bukti kuat mengenai eksistensi sosialitan etis.

3. Studi Keputusan Etis. Studi keputusan etis berfokus kepada hubungan antara bermacam-macam ukuran dan perilaku terhadap bidang akuntansi. Bagian berikut menelaah studi representative yang mengkaji

        1. Isu independensi

        2. Pelanggaran lain kode etik dan perilaku professional AICPA

        3. Pendeteksian atas penipuan dalam laporan keuangan dan komunikasinya

        4. Ketidakpatuhan pembayaran pajak

        5. Perilaku disfungsional spesifik dalam profesi akuntansi

Studi Etis lintas budaya

Sebagian besar studi yang berhubungan dengan akuntansi dan etika difokuskan kepada profesi akuntansi di Amerika Serikat. Perbedaan budaya mungkin muncul diantara kelompok profesi akuntansi dari negara berbeda. Meskipun demikian, perbandingan antara profesi akuntansi di Amerika Serikat dengan kelompok lain dapat memberikan pemahaman yang berharga tentang penetapan standar organisasi internasional.

IMPLIKASI BAGI RISET MENDATANG

1. Melanjutkab integrasi model dan ukuran kognitif yang berbeda dalam model rest

2. Mengembangkan sebuah model pengambilan keputusan etis kognitif yang khusus untuk profesi akuntansi

Perilaku etika dalam profesi akuntansi

1. Peran Akuntan Profesional. Akuntan adalah penasehat bisnis independen. Akuntan dapat menawarkan berbagai layanan. Akuntan dapat mengatur system akuntansi klien, bisa menjadi penasehat pada perencanaan pajak atau detector penipuan dan penggelapan, dapat melakukan penganggaran dan analisis laporan keuangan, menyarankan klien pada keputusan pembiayaan, memberikan pengetahuan khusus dan dapat membantu menjaga etika lingkungan.

2. Ekspektasi Publik. Masyarakat umumnya mempersepsikan akuntan sebagai orang yang professional dibidang akuntansi. Ini berarti bahwa mereka mempunyai sesuatu kepandaian yang lebih dibidang

3. Nilai-Nilai Etika Vs Teknik Akuntansi/Auditing

1. Integritas: setiap tindakan dan kata-kata pelaku profesi menunjukkan sikap transparansi, kejujuran dan konsisten

2. Kerjasama: mempunyai kemampuan untuk bekerja sendiri maupun dalam tim.

3. Inovasi: pelaku profesi mampu memberi nilai tambah pada pelanggan dan proses kerja dengan metode baru

4. Simplisitas: pelaku profesi mampu memberikan solusi pada setiap masalah yang timbul, dan masalah yang timbul, dan masalah yang kompileks menjadi lebih sederhana

Perilaku etika dalam pemberian jasa akuntan publik

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

1. Prinsip Etika, memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota.

2. Aturan Etika, disahkan oleh rapat anggota himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan

3. Interpretasi Aturan Etika, merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Profesi akuntan pada negara-negara berkembang

Profesi akuntan public menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa professional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan, review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure), jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan public yang didalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negative, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan public adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.

Contoh Kasus

Berikut ini disajikan 3 contoh kasus yang berkaitan dengan pelanggaran akuntan public dalam menjalankan profesinya, yaitu:

1. Laporan Keuangan Bank Lippo Tahun 2002.

Pada tahun 2002, Bank Lippo melakukan pelaporan dalam 3 versi Laporan Keuangan yang ditemukan oleh BAPEPAM untuk periode 30 September 2002, yang masing-masing berbeda. Berikut Laporan Keuangan tersebut:

- Laporan Pertama, yang diberikan kepada public atau diiklankan melalui media masa pada 28 November 2002.

- Laporan Kedua, yang diberikan kepada BEJ pada 27 Desember 2002

- Laporan Ketiga, yang disampaikan akuntan public dalam hal ini Kantor Akuntan Public Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003

Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan opini wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. dimana dalam laporan itu disampaikan adanya penurunan ayda (agunan yang diambil alih) sebesar Rp 1,4 triliun, total aktiva rp 22,8 triliun, rugi bersih sebesar rp 1,273 triliun dan car sebesar 4,23% untuk laporan keuangan yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat kelalaian manajemen dengan mencantumkan kata audit. Padahal laporan tersebut belum diaudit, dimana angka yang tercatat pada saat diiklankan adalah ayda sebesar rp 2,933 triliun, aktiva sebesar rp 24,185 triliun, laba bersih tercatat rp 98,77 miliar, dan car 24,77%

2. Kasus kewajiban pajak pt. easman Christensen tahun 2001

September tahun 2001, PT. Easman Christensen, anak perusahaan baker hughes Inc. yang tercatat di bursa New York membayarkan pajak sebesar US$ 270.000, kemudian diketahui kewajiban pajak yang sebenarnya adalah sebesar US$ 3,200,000 ternyata hal ini dapat terjadi karena KPMG/ Sidarta dan Harsono sebagai auditor telah memberikan sejumlah uang pajak di Indonesia yaitu sebesar US$ 75.000. sebagai siaasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa professional KPMG yang harus dibayar klien nya PT. Easman Christensen.

3. KASUS KAP ANDERSON dan ENRON TAHUN 2001

Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 desember 2001. saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson mempertahanlan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi Laporan Keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan yang didirikan oleh Enron


 

Keperilakuan Akuntansi: Aspek Keperilakuan Pada Audit Internal

Memotivasi Pihak yang Diaudit

Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dua dari kebutuhan pokok Maslow adalah kebutuhan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara baik.

1. Kebutuhan Menjadi Bagian Dari Organisasi. Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat menjanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.

2. Menghormati Diri Sendiri Dan Orang Lain. Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi kinerja serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif.

Hubungan Dengan Gaya Manajemen

Terdapat empat gaya manajemen secara umum. Empat gaya tersebut meliputi gaya mengarahkan, gaya melatih, gaya mendukung, dan gaya mendelegasikan. Dari keemapt gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang terpenting.

Pada gaya pertama, aturan-aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat sehingga auditor tidak seharusnya melakukan ikatan-ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Pada gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.

Audit internal dilakukan bertujuan untuk memperoleh sedain perbaikan operasi organisasi melalui implementasi dari temuan audit. Konsekuensi dari perbaikan adalah perubahan. Namun, ada sedikitnya tiga factor terpenting yang menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan, yaitu (1) Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu rasa takut atas dampak perubahan. (2) aspek birokrasi dari kenyataan perubahan baik secara horizontal maupun vertical. (3) Aspek ego, yaitu bahwa dengan perubahan maka metode yang ada sekarang dianggap tidak efisien

Pengelolaan Konflik

Kemungkinan terjadi konflik tersebut mendorong Aranya dan Ferris (1984) melakukan survey terhadap 800 orang auditor, dengan beberapa kesimpulan, yaitu

1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan llebih tinggi dibandingkan dengn konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja di lingkungan organisasi bisnis bukan profesi.

2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi

3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.

Oleh sebab itu dibutuhkan penyelesaian konflik. Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik yaitu : arbitrasi, mediasi, kompromi, dan langsung.

Masalah- Masalah Hubungan

Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:

1. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu.

2. Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi

3. Keberagaman persepsi

4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan

5. Pengaruh dari berbagai situasi operasi sebagai suatu variasi akhir

Karakteristik Umum Individu

Sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang diaudit, meliputi:

1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna

2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting

3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain

4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dari kebebasan pilihan

5. Memiliki sifat yang adil dan jujur

6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan dengan dikritik

7. Mencari kepuasan diri sendiri

8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya

9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik

10. Menjadi bagian dari tim yang sukses

11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain

12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri

13. Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkan dengan membantu  orang.

Komunikasi Pada Diri Sendiri

Elemen-elemen utama tersebeut adalah:

1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam hubungan secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi

2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja

3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relative yang dimiliki seseorang, dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas

4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain

5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang

6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

Komunikasi Secara Efektif

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah:

1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen

2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-kesalahan kerja dari pihak yang diaudit

3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau tertulis.

4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran

5. Mengijinkan pihak auditee dapat melakukan perubahan dalam bahasa laporan sepanjang tidak mengubah substansinya.

6. Jangan berargumen mengenai moralitas

7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuannya

8. Menjaga laporan dan memberikan keadilan

9. Sepanjang proses penyusunan laporan mengijinkan pihak yang diaudit untuk mengungkapkan pendapatnya

10. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.

11. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit

12. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.

Pelaksanaan Audit Partisipasi

Elemen- elemen keperilakuan dalam audit partisipasi

1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan diaudit

2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai pemrograman dan pelaksanaan audit

3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi

4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan

5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit.