Keperilakuan Akuntansi: Akuntansi
Sosial
Pengertian Akuntansi
Sosial
Akuntansi
social didefinisikan sebagai penyusunan, pengukuran dan analisis terhadap
konsekuensi-konsekuensi social dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan
pemerintah dan wirausahawan. Dalam hal ini, akuntansi social berarti
indentifikasi, mengukur, dan melaporkan hubungan antara bisnis dan
lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas dimana
bisnis tersebut beroperasi, karyawan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta
kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut.
Latar Belakang Sejarah
Akuntansi Sosial
Pada
awal tahun 1900, para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat social dan
biaya social dalam model-model teori ekonomi mikro neo klasik. Beberapa gerakan
massa pada tahun 1960-an, terutama yang ditujukan untuk membuat pemerintah dan
bisnis lebih responsive terhadap kebutuhan masyarakat, memiliki andil dalam
memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat social
konsumen menjadi lebih tegas pada tahun 1960-an sehingga menimbulkan gerakan
hak-hak konsumen. Kelompok-kelompok konsumen berusaha untuk membuat para pelaku
bisnis dan produk-produk mereka lebih responsive terhadap kebutuhan konsumen.
Usaha-usaha dilakukan untuk membuat produk-produk yang berbahaya atau tidak
sehat diperbaiki atau ditarik dari pasar. Pesan “teliti sebelum membeli” tidak
lagi di anggap sebagai praktik bisnis normal. Berbagi buku mengenai keselamatan
produk dan mutu membantu mendorong undang-undang perlindungan hak konsumen.
Permasalahan Sosial Indonesia
Masalah
social adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan
antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jensen, 1992). Masalah
social dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai kondisi yang
tidak diharapkan.
Krisis ekonomi pada tahun 1998 di Indonesia telah menimbulkan krisis multi
dimensi yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Krisis ini mengakibatkan
timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga indicator-indicator ekonomi,
seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks
harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap masalah-masalah
social. Hal ini membuktikan bahwa aspek social dan aspek politik dapat
mengundang sentiment pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi
Tanggapan Perusahaan
Sejak
tahun 1960-an banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan kepekaannya
terhadap kebutuhan social menjadi lebih responsive lagi secara social.
Manajemen mungkin telah menyadari bahwa perusahaan mereka merupakan bagian dari
komunitas, bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas arus menjadi
tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja serta bahwa orang-orang membutuhkan
jaminan keuangan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.
Tanggapan Profesi
Akuntansi
Secara
ringkas, literature awal dari akuntansi social menyatakan bahwa para akuntan
diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa
ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan tertarik dengan data-data ini. Literatur awal
ini, bahkan tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran dan pelaporan
data-data social. Selanjutnya literature mengembangkan suatu kerangka kerja
teoritis untuk akuntansi social, termasuk skema pelaporan dan audit social
actual.
Akuntansi Untuk Manfaat
Dan Biaya Sosial
Ketika
akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta
mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi
tradisional. Gerakan ke arah akuntansi soosial, sebagian besar, terdiri atas
usaha-usaha untuk memasukkan biaya social dan biaya social yang tidak terbagi
ke dalam model akuntansi.
Teori dan Pelaporan
Akuntansi Sosial
Berdasarkan
analisis Pigon dan gagasan mengenai suatu “kontrak social” K.V Ramanathan
(1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya
dan manfaat social. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu
kontrak tidak tertulis untuk menyediakan manfaat social neto kepada masyarakat.
Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan kepada
masyarakat dengan kerugian yang di timbulkan oleh perusahaan tersebut kepada
masyarakat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut kepada
masyarakat meskipun ia menggunakan bahasa yang berbeda.
Menentukan Biaya dan
Manfaat Sosial
Pigaou
mendefinisikan biaya social yang tidak dikompensasi sebagai non ekonomi
eksternal dan eksploitasi terhadap factor-factor produksi. Untuk menerjamahkan
definisi ini kedalam terminology operasional, mungkin lebih mudah untuk
mendefinisikan biaya social yang tidak dikompensasikan sebagai seluruh kerugian
yang diderita oleh manusia sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi
untuk mana mereka tidak diberikan kompensasi secara penuh, sebagai contoh,
polusi udara dari suatu pabrik kertas yang menimbulkan dampak berbahaya
terhadap kesehatan orang-orang yang tinggal didekat pabrik tersebut merupakan
suatu kerugian.
Jelaslah,
system nilai masyarakat factor penentu penting dari manfaat dan biaya social
dengan mengasumsikan bahwa masalah nilai dapat diatasi dengan menggunakan
beberapa jenis standar masyarakat, masalah berikutnya adalah
mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik
Kuantifikasi Terhadap
Biaya dan Manfaat
Ketika
aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat social ditentukan dan kerugian
serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat
dihitung. Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung atau tidak
langsung. Dampak langsung, misalnya penyakit paru-paru yang disebabkan oleh
debu batu bara yang terhirup oleh pekerja di tambang batu bara. Dampak tidak
langsung adalah polusi air yang mengotori dan mematikan ikan-ikan di dalamnya
polusi tersebut dapat mengakibatkan berupa hilangnya sumber makanan potensial,
hilangnya kesempatan untuk berekreasi.
Waktu
Ketika membahas
mengenai dampak dari polusi, salah alokasi sumber daya, penyakit akibat
pekerjaan, dan berbagai peristiwa lainnya. Periode waktu antara paparan awal
dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian serta manifestasi dari dampak yang
buruk disebut dengan periode “persiapan”. Dalam hal pengukuran, penting untuk
menentukan lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknya diberikan
bobot yang berbeda dengan bobot jangka pendek.
Dampak
Orang-orang
dapat dipengaruhi secara fisik, ekonomi, psikologis dan social oleh berbagai
kerugian. Untuk mengukur biaya social tersebut perlu untuk mengidentifikasikan
kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasinya. Biaya tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis atau social
- Biaya Ekonomi: Biaya ini meliputi tagihan
pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi, hilangnya produktivitas,
dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja.
- Kerugian Fisik: Para pekerja yang terkena
penyakit yang berkaitan dengan asbes akan menderita nafas yang pendek dan
kemungkinan kematian premature.
- Kerugian Psikologis: para pekerja dapat
merasa tidak cukup dan menjadi sedih karena kehilangan peran sebagai penghasil
pendapatan dalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitas-aktivitas fisik dan
mengetahui bahwa kematian dapat terjadi segera.
- Kerugian Sosial: Dala, keluarga pekerja,
perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut. Keluarga
tersebut dapat menjadi begitu trauma, sehingga dapat terjadi perpecahan.
Berbagai konsekuensi social negative lainnya juga mungkin. Nilai sekarang dari
seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.
Audit Sosial
Audit
social mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, social dan lingkungan dari
program-program yang berorientasi social dan operasi perusahaan yang regular.
Audit
social bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari
konsekuensi social dari beberapa tindakan mereka. Hal ini dapat dicapai bahkan
jika dampaknya tidak dapat dikuantifikasi. Selain itu, audit semacam itu dapat
menyebabkan manajer mencoba untuk memperbaiki kinerja mereka dalam bidang
social dengan cara mengembangkan rencana kinerja social dan ukuran kinerja yang
didasarkan pada rencana itu.
Laporan-Laporan Sosial
David
Linowes telah mengembangkan laporan operasi sosio-ekonomi untuk digunakan
sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi social. Linowes membagi
laporannya ke dalam tiga kategori
1. Hubungan dengan manusia
2. Hubungan dengan lingkungan
3. Hubungan dengan produk
Pengungkapan Dalam Laporan
Tahunan
Untuk
melihat praktik-praktik pengungkapan social dalam laporan tahunan dari
perusahaan- perusahaan di Indonesia lebih lanjut lahi, para peneliti akuntansi
telah melakukan berbagai riset mengenai hal ini.
Perkembangan Luar Negeri
Perusahaan-
perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi social, baik dalam
laporan khusus maupun laporan tahunan. Prancis misalnya telah mengeluarkan
undang-undang yang mengharuskan perusahaan-perusahaan dengan jumlah karyawan
yang banyak untuk melaporkan pos-pos hubungan karyawan. Terlibat dalam
laporan-laporan ini adalah:
1. Laporan kerja
2. Gaji dan perusahan social
3. Kesehatan dan jaminan kerja
4. Kondisi kerja lainnya
5. Pelatihan
6. Hubungan industry
7. Pengaturan social lainnya yang berbentuk relevan
0 komentar:
Posting Komentar