Just another free Blogger theme

Jumat, 09 Desember 2022

 

Keperilakuan Akuntansi: Akuntansi
Sosial

Pengertian Akuntansi Sosial

Akuntansi social didefinisikan sebagai penyusunan, pengukuran dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi social dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan. Dalam hal ini, akuntansi social berarti indentifikasi, mengukur, dan melaporkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas dimana bisnis tersebut beroperasi, karyawan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut.

Latar Belakang Sejarah Akuntansi Sosial

Pada awal tahun 1900, para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat social dan biaya social dalam model-model teori ekonomi mikro neo klasik. Beberapa gerakan massa pada tahun 1960-an, terutama yang ditujukan untuk membuat pemerintah dan bisnis lebih responsive terhadap kebutuhan masyarakat, memiliki andil dalam memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat social
konsumen menjadi lebih tegas pada tahun 1960-an sehingga menimbulkan gerakan hak-hak konsumen. Kelompok-kelompok konsumen berusaha untuk membuat para pelaku bisnis dan produk-produk mereka lebih responsive terhadap kebutuhan konsumen. Usaha-usaha dilakukan untuk membuat produk-produk yang berbahaya atau tidak sehat diperbaiki atau ditarik dari pasar. Pesan “teliti sebelum membeli” tidak lagi di anggap sebagai praktik bisnis normal. Berbagi buku mengenai keselamatan produk dan mutu membantu mendorong undang-undang perlindungan hak konsumen.

Permasalahan Sosial Indonesia

Masalah social adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jensen, 1992). Masalah social dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai kondisi yang tidak diharapkan.
Krisis ekonomi pada tahun 1998 di Indonesia telah menimbulkan krisis multi dimensi yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Krisis ini mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga indicator-indicator ekonomi, seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap masalah-masalah social. Hal ini membuktikan bahwa aspek social dan aspek politik dapat mengundang sentiment pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi

Tanggapan Perusahaan

Sejak tahun 1960-an banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan kepekaannya terhadap kebutuhan social menjadi lebih responsive lagi secara social. Manajemen mungkin telah menyadari bahwa perusahaan mereka merupakan bagian dari komunitas, bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas arus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja serta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan keuangan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.

Tanggapan Profesi Akuntansi

Secara ringkas, literature awal dari akuntansi social menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan  tertarik dengan data-data ini. Literatur awal ini, bahkan tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran dan pelaporan data-data social. Selanjutnya literature mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi social, termasuk skema pelaporan dan audit social actual.

Akuntansi Untuk Manfaat Dan Biaya Sosial

Ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi tradisional. Gerakan ke arah akuntansi soosial, sebagian besar, terdiri atas usaha-usaha untuk memasukkan biaya social dan biaya social yang tidak terbagi ke dalam model akuntansi.

Teori dan Pelaporan Akuntansi Sosial

Berdasarkan analisis Pigon dan gagasan mengenai suatu “kontrak social” K.V Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya dan manfaat social. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu kontrak tidak tertulis untuk menyediakan manfaat social neto kepada masyarakat. Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan kepada masyarakat dengan kerugian yang di timbulkan oleh perusahaan tersebut kepada masyarakat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut kepada masyarakat meskipun ia menggunakan bahasa yang berbeda.

Menentukan Biaya dan Manfaat Sosial

Pigaou mendefinisikan biaya social yang tidak dikompensasi sebagai non ekonomi eksternal dan eksploitasi terhadap factor-factor produksi. Untuk menerjamahkan definisi ini kedalam terminology operasional, mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan biaya social yang tidak dikompensasikan sebagai seluruh kerugian yang diderita oleh manusia sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi untuk mana mereka tidak diberikan kompensasi secara penuh, sebagai contoh, polusi udara dari suatu pabrik kertas yang menimbulkan dampak berbahaya terhadap kesehatan orang-orang yang tinggal didekat pabrik tersebut merupakan suatu kerugian.

Jelaslah, system nilai masyarakat factor penentu penting dari manfaat dan biaya social dengan mengasumsikan bahwa masalah nilai dapat diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat, masalah berikutnya adalah mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik

Kuantifikasi Terhadap Biaya dan Manfaat

Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat social ditentukan dan kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat dihitung. Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung atau tidak langsung. Dampak langsung, misalnya penyakit paru-paru yang disebabkan oleh debu batu bara yang terhirup oleh pekerja di tambang batu bara. Dampak tidak langsung adalah polusi air yang mengotori dan mematikan ikan-ikan di dalamnya polusi tersebut dapat mengakibatkan berupa hilangnya sumber makanan potensial, hilangnya kesempatan untuk berekreasi.

Waktu

Ketika membahas mengenai dampak dari polusi, salah alokasi sumber daya, penyakit akibat pekerjaan, dan berbagai peristiwa lainnya. Periode waktu antara paparan awal dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian serta manifestasi dari dampak yang buruk disebut dengan periode “persiapan”. Dalam hal pengukuran, penting untuk menentukan lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot yang berbeda dengan bobot jangka pendek.

Dampak

Orang-orang dapat dipengaruhi secara fisik, ekonomi, psikologis dan social oleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya social tersebut perlu untuk mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasinya. Biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis atau social

- Biaya Ekonomi: Biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja.

- Kerugian Fisik: Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbes akan menderita nafas yang pendek dan kemungkinan kematian premature.

- Kerugian Psikologis: para pekerja dapat merasa tidak cukup dan menjadi sedih karena kehilangan peran sebagai penghasil pendapatan dalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitas-aktivitas fisik dan mengetahui bahwa kematian dapat terjadi segera.

- Kerugian Sosial: Dala, keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut. Keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma, sehingga dapat terjadi perpecahan. Berbagai konsekuensi social negative lainnya juga mungkin. Nilai sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.

Audit Sosial

Audit social mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, social dan lingkungan dari program-program yang berorientasi social dan operasi perusahaan yang regular.

Audit social bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari konsekuensi social dari beberapa tindakan mereka. Hal ini dapat dicapai bahkan jika dampaknya tidak dapat dikuantifikasi. Selain itu, audit semacam itu dapat menyebabkan manajer mencoba untuk memperbaiki kinerja mereka dalam bidang social dengan cara mengembangkan rencana kinerja social dan ukuran kinerja yang didasarkan pada rencana itu.

Laporan-Laporan Sosial

David Linowes telah mengembangkan laporan operasi sosio-ekonomi untuk digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi social. Linowes membagi laporannya ke dalam tiga kategori

1. Hubungan dengan manusia

2. Hubungan dengan lingkungan

3. Hubungan dengan produk

Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan

Untuk melihat praktik-praktik pengungkapan social dalam laporan tahunan dari perusahaan- perusahaan di Indonesia lebih lanjut lahi, para peneliti akuntansi telah melakukan berbagai riset mengenai hal ini.

Perkembangan Luar Negeri

Perusahaan- perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi social, baik dalam laporan khusus maupun laporan tahunan. Prancis misalnya telah mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan perusahaan-perusahaan dengan jumlah karyawan yang banyak untuk melaporkan pos-pos hubungan karyawan. Terlibat dalam laporan-laporan ini adalah:

1. Laporan kerja

2. Gaji dan perusahan social

3. Kesehatan dan jaminan kerja

4. Kondisi kerja lainnya

5. Pelatihan

6. Hubungan industry

7. Pengaturan social lainnya yang berbentuk relevan


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar