Keperilakuan Akuntansi: Aspek Keperilakuan
Pada Perencanaan Laba
Dan Penganggaran
Pengertian Anggaran
Anggaran
adalah pedoman kerja di waktu mendatang. Anggaran diterima secara luas sebagai
fokus bagi aktivitas peencanaan jangka pendek perusahaan dan dasar dari sistem
pengendalian. Sementara itu, penganggaran adalah proses kegiatan yang
menghasilkan anggaran tersebut. Penyusunan anggaran adalah suatu tugas yang
bersigat teknis namun disusun oleh manusia yang harus hidup dengan anggaran
tersebut. Jadi aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku
manusia yang muncul dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang
didorong ketika manusia mencoba untuk hidup dengan anggaran.
Hubungan
Anggaran Dengan Akuntansi
Anggaran
dan akuntansi berkaitan erat sebab akuntansi menyajikan data historis yang
bermanfaat untuk mengadakan estimasi-estimasi didalam anggaran yang akan
dijadikan pedoman kerja di waktu mendatang. Selain itu akuntansijuga melakukan
pencatatan secara sistematis dan teratur tentang pelaksanaan anggaran tersebut
dari hari ke hari sehingga dapat menyajikan data realisasi pelaksanaan anggaran
secara lengkap.
Dengan
membandingkan data akuntansi dan data anggaran, dapat nilai sukses atau
tidaknya perusahaan. Jadi akuntansi sangat bermanfaat untuk menunjang fungsi
pengawasan kerja dari anggaran.
Pengertian
Perencanaan Laba
Pengertian
perencanaan laba menurut Machfoedz (1996), sering disebut perencanaan anggaran
(planning budget) atau rencana operasi (plan operation) adalah rencana dari
manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi di masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan perusahaan dibagi ke dalam dua rencana yaitu rencana
jangka pendek dan rencana jangka panjang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
perencanaan laba adalah rencana aktivitas dalam rangka pencapaian laba yang
digambarkan secara kuantitaif dalam keuangan dan ukuran lainnya.
Manfaat
perencanaan laba
Menurut
Adolph Matz dkk. (1993), adanya perencanaan laba memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan
pendekatan yang terarah dalam pemecahan masalah.
2. Memaksa
pihak manajemen secara dini mengadakan penelaahan terhadap masalah yang
dihadapinya dan menanamkan kebiasaan pda organisasi untuk mengadakan telaah
yang seksama sebelum mengambil keputusan.
3. Menciptakan
suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba dan mendorong timbulnya
perilaku yang sadar akan penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya yang
maksimum.
4. Merangsang
peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan
organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana yang saling terkait
dapat menggambarkan keseluruhan organisasi dalam bentuk rencana yang terpadu
dan menyeluruh.
5. Menawarkan
kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi
maupun untuk memeriksa serta memperbarui kebijakan dan pedoman dasar secara
berkala.
6. Mengkoordinasikan
serta mempertemukan semua upaya perusahaan ke dalam suatu prosedur perencanaan
anggaran yang terarah karena inilah satu-satunya cara yang paling tepat
mengungkapkan keselamatan kegiatan manajemen.
7. Mengarahkan
penggunaan modal dan daya upaya pada kegiatan yang paling menguntungkan.
8. Mendorong
standar prestasi yang tinggi dengan merangsang kegairahan untuk bersaing
menanamkan hasrat untuk mencapai tujuan, dan menumbuhkan minat untuk
melaksanakan kegiatan secara lebih efektif.
9. Berperan
sebagai standar untuk mengukur kegiatan dan menilai kebijakan manajemen dan
tingkat kemampuan dari setiap pelaksana.
Keterbatasan
Perencanaan Laba
Menurut
Adolph Matz dkk. (1993), perencanaan laba memiliki beberapa keterbatasan,
yaitu:
1. Peramalan
atau perencanaan bukanlah ilmu pasti. Jadi dalam setiap perencanaan akan
terdapat sejumlah pertimbangan. Apabila ada penyimpangan dari estimasi maka
harus dilakukan perbaikan atau modifikasi.
2. Anggaran
dapat mengikat perhatian manajer pada sasaran tertentu yang tidak selaras
dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Jadi diperlukan kecermatan untuk
menyalurkan upaya manajer setepat mungkin.
3. Perencanaan
laba memerlukan kerja sama dan peran serta dari seluruh anggota manajemen.
Dasar keberhasilan perencanaan adalah ketaatan dan kegairahan pelaksana
terhadap rencana laba.
4. Penggunaan
anggaran yang berlebihan sebagai alat evaluasi dapat mengakibatkan terjadinya
penyimpangan fungsi (dysfunctional behavior). Yang dimaksud dysfunctional
behavior adalah perilaku individu yang bertentangan dengan tujuan organisasi.
5. perencanaan
laba tidak menghapus maupun mengambil alih peranan bagian administrasi.
6. pelaksanaan
rencana memerlukan waktu
Pendekatan
Dalam Perencanaan Laba
Menurut KRISMIAJI
(2002) dalam penetapan laba terdapat pendekatan yang berbeda, yaitu:
a. Didasarkan
pada masa kembali modal yang diinvestasikan. Metode ini menghendaki penetapan
tingkat keuntungan menjadi titik tolak penyusunan rencana
b. Disarkan
kepada produk yang akan dijual. Metode ini menghendaki perencanaan yang
diformulasikan akan diperoleh berupa keuntungan.
c. Berdasarkan
pada perhitungan menurut standar. Metode ini melakukan perhitungan dari proses
perencanaan yang diukur dengan standar yang ada. Manajemn memperhitungkan
relatif keuntungan menurut standar yang dianggap memuaskan perusahaan.
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan
Laba
1. Laba
atau rugi yang dialami dari volume penjualan tertentu
2. Volume
penjualan yang harus dicapai untuk menutupu seluruh biaya yang terpakai guna
memperoleh laba yang memadai
3. Titik
impas
4. Volume
penjualan yang dapat dihasilkan oleh kapasitas operasi saat ini
Fungsi
Dari Perencanaan Laba Dan Anggaran
1. Anggaran
merupakan hasil dari proses perencanaan perusahaan.
2. Anggaran
merupakan cetak biru suatu perusahaan untuk bertindak yang mencerminkan
prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi
3. Anggaran
bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam
departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang lain dan dengan
manajemen puncak.
4. Dengan
menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran berfungsi
sebagai standar terhadap hasil operasi aktual dapat dibandingkan.
5. Anggaran
berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk menemukan
bidang-bidang yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
6. Anggaran
mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun karyawan untuk
terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan
efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.
Pandangan
Perilaku Terhadap Proses Penyusunan Anggaran
1. Penetapan
tujuan. Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi
yang luas ke dalam tujuan- tujuan aktivitas yang khusus. Untuk menyusun rencana
yang realitis dan menciptakan anggaran yang praktis, interaksi yang ekstensif
diperlukan antara manajer lini dan manajer staf organisasi
2. Implementasi.
Rencana formal tersebut digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan dan strategi
organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam organisasi. Hal
ini dicapai dengan menyediakan target kinerja terperinci bagi mereka yang
bertanggung jawab mengambil tindakan
3. Pengendalian
dan evaluasi kinerja. Setelah diimplementasikan, anggaran tersebut berfungsi
sebagai elemen kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran menjadi tolok ukur
terhadap kinerja aktual dibandingkan dan berfungsi sebagai suatu dasar untuk
melakukan manajemen berdasarkan pengecualian.
Langkah - Langkah Menyusun Suatu Anggaran
Atau Rencana Laba
1. Manajemen
puncak harus memutuskan apa yang jadi tujuan jangka pendek perusahaan dan
strategi mana yang akan digunakan untuk mencapainya.
2. Tujuan
harus ditetapkan dan sumber daya dialokasikan.
3. Suatu
anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian disetujui
oleh manajemen puncak
4. Anggaran
digunakan untuk mengendalikan biaya dan menentukan bidang masalah dalam
organisasi tersebut dengan membandingkan hasil kinerja aktual dengan tujuan
yang telah dianggarkan secara periodik
Konsekuensi
Disfungsional Dari Proses Penyusunan Anggaran
1. Rasa
tidak percaya. Anggaran merupakan sumber tekanan yang dapat menimbulkan rasa
tidak percaya, permusuhan, dan mengarah pada kinerja yang menurun. Telah banyak
riset yang menemukan sejumlah besar rasa tidak percaya terhadap seluruh proses
penyusunan anggaran pada tingkat manajer.
2. Resistensi.
Walaupun pada umumnya manfaat anggaran dapat diterima, tetapi masih ada yang
menolak anggaran karena dianggao suatu ancaman. Alasan yang lain atas penolakan
anggaran adalah pada proses anggaran memerlukan waktu dan perhatian yang besar
sehingga manajer atau penyelia mungkin merasa terlalu terbebani dengan
permintaan yang ekstensif atas waktu dan tanggung jawab rutin mereka
3. Konflik
internal. Gejala umum dari konflik adalah ketidakmampuan mencapai kerja sama
antar pribadi dan antar kelompok selama proses penyusunan anggaran
4. Efek
samping lain yang tidak diinginkan. Anggaran akan menghasilkan pengaruh lain
yang tidak diinginkan. Pengaruh lainnya dalah penekanan yang berlebihan pada
kinerja departemental dan kurang menekankan pada kinerja organisasi secara
keseluruhan. Anggaran sering kali dipandang sebagai tekanan manajerial ketika
manajemen puncak berusaha memperbaiki efisiensi menginginkan output yang lebih
tinggi dari tingkat input yang ada.
Relevansi
Konsep Ilmu Keperilakuan Dalam Lingkungan Perencanaan
Dampak
dari lingkungan perencanaan
Pada
dasarnya lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, pola-pola
interaksi dalam penetapan kerja. Hal tersebut kadang kala disebut dengan budaya
atau iklim organisasi. Perilaku manusia bersifat adaptif dan berbeda pada
lingkungan yang berbeda
Ukuran
dan struktur organisasi
Ukuran
dan struktur organisasi mempengaruhi perilaku manusia dan pola interaksi dalam
tahap penetapan tujuan, implementasi, dan pengendalian serta evaluasi terhadap
proses perencanaan. Ukuran organisasi mempengaruhi struktur organisasi. Pada
perusahan kecil, struktur perencanaan dan pengendalian relatif sederhana karena
organisasi dijalankan sedikit orang, sebaliknya diperusahana besar akan lebih
kompleks karena organisasi dijalankan oleh banyak orang.
Gaya
kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan juga dapat mempengaruhi lingkungan perencanaan organisasi. Teaori
x dari mcgregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikans
ecara ketat, dimana kebutuhan efisiensi dan pengendalian mengharuskan
pendekatan manajerial tersebut untuk berurusan dengan bawahannya. Berbeda
dengan teori y yang dikemukakan oleh mcgregor dan gaya kepemimpinan likar
mendorong tingkat keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan
dan pengambilan keputusan.
Stabilitas
lingkungan organisasi
Faktor
lingkungan eksternal juga memengaruhi lingkungan perencanaan yang meliputi
iklim politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan, struktur industri yang
melayani organisasi, hakikat persaingan, dll. Lingkungan yang stabil
menimbulkan risiko rendah dan memungkinkan proses penetapan tujuan menjadi
partisipatif dan demokratif. Sebaliknya, lingkungan yang tidak stabil
menimbulkan risikp tinggi sehingga keputusan harus dibuat cepat dan tegas.
Konsep-Konsep
Keperilakuan Yang Relevan Dalam Proses Penyusunan Anggaran
Tahap
penetapan tujuan
Penetapan
tujuan baik tujuan umum atau tujuan khusus dari manajemen puncak harus mampu
diterjemahkan ke dalam target target yang pasti dan dapat diukur bagi
organisasi serta bagi setiap submid utama. Hal ini akan dapat diwujudkan dengan
menyelaraskan tiga komponen berikut ini.
a. Keselarasan
tujuan. Masalah utama dalam penetapan tujuan adalah mencapai suatu tingkat
keselarasan tujuan atau kompatibilitas yang mungkin diantara tujuan-tujuan
organisasi, subunit-subunit, dan anggota anggota yang turut berpartisipasi.
b. Partisipasi.
Adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih
pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka
yang membuatnya.
c. Manfaat
partisipas. Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa
partisipan menjadi terlibat secara emosi dan bukan dalam pekerjaan mereka.
d. Batasan
dan permasalahan partisipasi. Partisipasi dalam penetapan tujuan mempunyai
keterbatasan tersendiri. Karena proses partisipasi memberikan kekuasaan kepada
para manajer untuk menetapkan hasil isi dari anggaran meraka, kekuasaan ini
bisa digunakan dengan cara yang memiliki konsekuensi disfungsional bagi
organisasi itu sendiri.
Tahap Implementasi
Implementasi
anggaran akan sukses jika:
1. Pengkomunikasian
anggaran. Kontroler atau direktur perencanaan bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan anggaran. Hal ini dicapai dengan cara mengkomunikasikan
sasaran operasional yang disetuji kepada orang-orang tingkat organisasi yang
lebih rendah. Hal ini disebut juga sebagai “menjual” anggaran kebawah
2. Kerja
sama dan koordinasi. Koordinasi adalah seni menggabungkan secara efektif
seluruh sumber daya organisasi. Dari sudut pandang keperilakuan, hal ini
berarti menggabungkan bakat dan kekuatan dari setiap partisipan organiasasi dan
membuatnya berjuang untuk mencapai tujuan yang sama.
3. Tahap pengendalian dan evaluasi kinerja. Tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan karyawan secara kontiniu tehadap pencapaian tujuan mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi kinerja, kinerja aktual dibandingkan dengan standar yang dianggarkan guna menentukan bidang-bidang permasalahan dalam organisasi tersebut dan menyarankan tindakan yang sesuai untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar
0 komentar:
Posting Komentar