Just another free Blogger theme

Jumat, 09 Desember 2022

 

Akuntansi Keperilakuan: Konsep Keperilakuan Dari Psikologi Dan Psikologi Sosial

Dalam Sosiologi dikenal dua perspektif utama yaitu perspektif struktural makro yang menekankan pada kajian struktur sosial dan perspektif mikroyang menekankan pada kajian individualistik dan psikologi sosial dalam menjalankan perilaku manusia. Perubahan faktor sosiologi ke faktor psikologi dan psikologi sosial sangat mempengaruhi perilaku. Faktor ini meliputi sikap dan perubahan sikap, motivasi, persepsi, nilai, pembelajaran dan kepribadian.

Sikap

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi seseorang. Sikap bukan lah perilaku, tetapi sikap menghadirkan suatu kesiap siagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku. Sikap tidak juga sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu pengertian (cognition), pengaruh (affect) dan perilaku (behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku. Sebagai contoh, pernyataan bahwa “diskrimanasi adalah salah” merupakan pernyataan nilai. Pendapat seperti ini merupakan komponen kognitif dari sikap. Komponen berikutnya adalah afektif, afektif adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap. Contohnya, pernyataan “saya tidak menyukai tokoh A karena ia melakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas”.

Konsep terdekat terkait dengan sikap adalah konsep kepercayaan, opini,nilai, dan kebiasaan. Secara luas, kepercayaan dapat didefinisikan sebagai komponen kognitif dari sikap. Kepercayaan dapat dibangun melalui adanya bukti ilmiah, berdasarkan prasangka atau berdasarkan intuisi. Opini sering diartikan sebagai sinonim dari sikap atau kepercayaan. Pada umumnya, opini dipandang sebagai konsep terdekat dari sikap, yang terkait dengan komponen kognitif dari sikap dan terkait dengan cara seseorang mempertimbangkan atau mengevaluasi suatu objek. Nilai merupakan tujuan hidup yang penting sekaligus menjadi standart perilaku. Nilai merupakan pijakan yang paling dalam dan sentimen dimana seseorang mengorientasi dirinya menuju tujuan yang lebih tinggi dan dimana mereka membedakan sesuatu yang terbaik. Kebiasaan merupakan ketidakbimbingan, respon otomatis dan pengulangan pola dan respon perilaku. Kebiasaan berbeda dengan sikap, sikap bukan merupakan perilaku.

Fungsi Sikap

        Sikap memiliki fungsi utama: pemahaman, kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan ungkapn nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang bemanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi. Manusia memperoleh kepuasan melalui pernyataan diri mereka dengan sikapnya.

Sikap dan Konsistensi

        Orang-orang mengusahakan konsistensi anatara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten. Jika terdapat inkosistensi, maka akan dilakukan usaha untuk mengembalikan perilaku dan sikap yang konsisten dengan mengubah sikap maupun perilaku atau mengembangkan suatu rasionalisasi mengenai penyimpangan tersebut.

Formasi Sikap Dan Perubahan

        Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada subtitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek yaitu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadaian, dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru. Seorang manajer sering berusaha mengubah sikap orang-orang dengan tujuan menimbulkan perilaku yang diinginkan. Penguatan atas sikap dapat dilakukan dengan memperhatikan bagaimana orang-orang bereaksi terhadap rangsangan tertentu. Pemimpin akan terus memberikan rangsangan agar terwujud kecendrungan sikap karyawan yang dipimpinnya kearah yang diinginkan. Dengan demikian, dapat dikatakan rangsangan diperlukan untuk merubah sikap.

Beberapa teori terkait dengan sikap

       Sikap bukan merupakan perilaku, tetapi sikap dengan perilaku saling berhubungan karena perilaku merupakan salah satu komponen sikap. Dengan demikian, sangat perlu dipelajari teori-teori yang berkaitan dengan sikap.

        1. Teori Perubahan Sikap

      Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaaan. Setiap hari manusia mengubah sikap dan perilaku karena informasi yang diterima melalui beberapa media, misalnya televisi, radio, media cetak dan internet. Informasi yang diterima dari beberapa media ini akan mengarahkan manusia untuk memakai cara tertentu, membeli suatu produk tertentu, menjadi lebih simpatik kearah tertentu, dan berbuat sesuatu yang diarahkan pesan dari informasi tersebut.

        2. Teori Pertimbangan Sosial

        Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang lain dan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman. Asumsi yang mendasari teori ini adalah usaha untuk menyebabkan suatu perubahan utama dalam sikap kemungkinan gagal, sebab perubahan tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan bagi si subjek. Namun perubahan sikap mungkin dapat terjadi jika orang mengetahui batasan dari perubahan yang dapat diterima.

        Sering yang menjadi faktor utama yang memengaruhi keberhasilan adalah keberhasilan seorang komunikator dalam menegahi atau menjembatani dua posisi yang saling bertentangan. Jika komunikator memosisikan terlalu jauh dari lingkar internal maka pesan yang diterima adalah menjadi suatu ancaman sehingga hasil yang dicapai mungkin bertentangan dan sikap tidak berubah. Jika komunikator semakin dekat dengan lingkar internal maka pesan akan diterima secara positif, tidak dianggap sebagai suatu ancaman. Jadi amanusia yang berada di kedua posisi yang bertentangan akan mengevaluasi pesan secara positif dan kemungkinan akan menguibah sikapnya.

        3. Teori Konsistensi dan Teori Perselisihan

      Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi. Teori ini memandang perubahan sikap sebagai hal yang masuk akal dan merupakan proses yang mencerminkan orang-orang yang dibuat untuk menyadari inkosistensi antara sikap dan perilaku mereka, sehingga mereka termotivasi untuk mengoreksi inkosistensi tersebut dengan sikap maupun perilakunya kearah yang lebih baik. Teori ini berkaitan dengan teori desonansi yang menganggap perselisihan memotivasi orang-orang untguk mengurangi atau menghapuskan perselisihan. Secara psikologis, perselisihan merupakan hal yang tidak menyenangkan sehingga orang-orang akan mencari cara menghindari perselisihan.

4. Teori Disonansi Kognitif

Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu inkosistensi. Disonansi tidak biasa dilepaskan dari lingkungan kerja organisasi. Oleh karena itu setiap orang dapat saja terlibat dalam hal ini. Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur itu, dan ganjaran yang munkin terlibat dalam dalam disonansi.

Teori ini dapat membantu kecendrungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku. Festinger mengatakan setiap inkosistensi akan menghasilkan rasa tidak nyaman, dan sebagai akibatnya seseorang akan mencoba untuk menguranginya. Jika unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu relatif tidak penting, maka tekanan untuk mengoreksi ketidakseimbangan ini akan rendah. Jika mereka mempersepsikan disonansi itu sebagai suatu akibat yang tidak dapat dikendalikan, maka mereka tidak mempunyai pilihan. Hal ini akan membuat mereka reseptif terhadap perubahan sikap.

5. Teori Persepsi Diri

Teori persepsi diri mengganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku. Menurut teori ini, sikap hanya akan berubah setelah perilaku berubah. Dalam rangka mengubah sikap, maka manusia harus menemukan rangsangan terhadapa apa yang dikembangkan berdasarkan kebutuhannya.

Motivasi

Motivasi adalah proses memulai kesadaran dan tindakan dengan maksud tertentu. Motivasi adalah kunci untuk memulai, menjalankan, mememlihara dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga terkait dengan reaksi subjektif yant terjadi selama proes ini. Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang level ini pada kinerja yang diharapkan agar tujuan organisasi tercapai (Siegel, 1989). Motivasi adalah konsep yang penting untuk akuntan perilaku karena efektivitas organisasi tergantung pada performa orang-orang sebagaimana mereka diharapkan bekerja. Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang ke tingkat performa yang diharapkan ini agar sasaran organisasi dapat dicapai.

Motif adalah faktor tunggal yang mencetuskan proses motivasi. Sebagai contoh, beberapa orang menginginkan, sementara yang lain menginginkan kekuasaaan, ketenaran, atau keamanan. Motif adalah sifat alami seseorang. Orang yang dari keluarga sejahtera mungkin mencari pekerjaaan yang memberikan rasa pencapaian/prestasi dan harga diri. Orang lain dari keluarga miskin mungkin mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan dari kekuatiran keuangan. Buku-buku maanjemen banyak menguraikan teori motivasi. Mengerahkan dan memmotivasi orang lain adalah tugas para manajer. Hal ini sesuai dengan arti manajer memnurut banyak buku manajemen, yaitu meyelesaikan seseuatu melalui orang lain.

Teori Motivasi Dan Aplikasinya    

Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi. Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu

1. Teori Motivasi Awal

        3 teori spesifik dirumuskan selam kurun waktu tahun 1950 an. Ketiga teori ini adalah teori hirarki kebutuhan, teori X dan Y DAN Teori Motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena: 1. Teori ini mewakili suatu dasar darimana teori-teori kontemporer berkembang dan 2. para manajer mempraktekkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.

2. Teori Kebutuhan Dan Kepuasan

        Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.

        Hirearki kebutuhan manusia oleh Moslow:

- Kebutuhan fisiologis (physiologis needs) yaitu kebutuhan fisik, seperti rasa lapar, rasa haus, kebutuhan akan peruumahan, pakaian dan lain sebagainya.

- Kebutuhan akan keamanan (safety needs) yaitu akan kebutuhan keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.

- Kebutuhan sosial (social needs) yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan dan kasih sayang.

- Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi dan prestasi.

- Kebutuhan akan aktualisasi diri (swelf actualization needs) yaitu kebutuhan pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai dengan dirinya.

3. Teori Kebutuhan McClelland

        Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. Teori ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang berhubungan dengan teori kebutuhan dan kepuasan. Teori McClelland mempunyai suatu faktor hirearki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh McClelland memberi hasil bahwa terdapat tiga karakteristik dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi yaitu:

- Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.

- Orang yang memilik kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yan moderat dan menghitung resikonya.

- Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik (feed back) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnuya.

4. Teori Dua Faktor Herzberg

        Pada pertengahan tahun1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang dibagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah faktor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor ini meliputi: kebijakan perusahaan, kondisi perusahaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi: prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi dan tanggung jawab. Semuanya ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kepuasan motivasi.

        Menurut hasil penelitan Herzberg atas 200 responden yang terdiri dari akuntan dan insinyur terdapat dua faktor yang terkait dengan kepuasan dan motivasi, yaitu 1) sejumlah kondisi kerja ekstrinsik yang apabila tidak ada maka menyebabkan terjadinya ketidak puasan diantara para karyawan. 2) sejumlah kondisi kerja instrinsik, yang apabila ada fungsi sebagai motivator maka dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Namun, jika tidak maka hal tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya ketidak puasan.

5. Teori Keadilan

        Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun 1963. Dalam teori keadilan, kunci ketidak puasan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalah jika orang tersebut membandingkan dengan lingkungn lainnya. Secara umum, teori keadilan merupakan bentuk dasar dari konsep hubungan pertukaran sosial. Para individu mempertimbangkan antara input dan output menjadi suatu nilai yang tidak sebanding. Apabila ketidakhasilan dapat mempengaruhi motivasi, para individu akan termotivasi untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh rasa ketidakadilan.

6. Teori ERG

        Teori Erg (existense relatedness, growth) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia memiliki tiga hirearki kebutuhan, yaitu kebutuhan akan eksistensi (existense needs), kebutuhan akan keterikatan (relatedness needs) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs). Teori ERG mengatakan bahwa bila suatu tingkat kebutuhan dari urutan yang lebih tinggi terhalang, maka timbul hasrat dalam individu itu untuk meningkatkan kebutuhannya di tingkat lebih rendah.

        Teori ERG lebih konsisten dengan pengetahuan kita mengenai perbedaan individual diantara orang-orang. Variabel seperti pendidikan, latar belakang keluarga, dan lingkungan budaya dapat mengubah arti penting yang dimiliki sekelompok kebutuhan terhadap individu tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan teori ini bertentangan dengan hirearki kebutuhan menurut Moslow yaitu menyatakan bahwa kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat untuk memenuhi kebutuhan dengan tingkatan yang lebih tinggi.

7. Teori Harapan

        Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori ini dikenalkan dalam akuntansi oleh Ronen dan Livingstone (19175) , kemudian secara komprehensif dan sistematik dirumuskan oleh Victor Vroom. Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil (income), harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua, hubungan anatara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kadar kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.

8. Teori Penguatan

        Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu:

- Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat diproduksi, kualitas produksi, ketetapan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.

- Kontijensi penguatan (contingencies of reinforcement) yang berkaitan dengan urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan.

- Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan) maka makin besar terhadap perilaku.

9. Teori Penetapan Tujuan

        Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke (1986) konsep dasar dari teori ini adalah karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya.

10. Teori Atribusi

        Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku sesorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha dan kekuatan eksternal (eksternal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaaan atau keberuntungan

11. Teori Agency

        Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa prinsipal bersikap netral terhadap resiko, sementara agen bersikap menolak usaha dan resiko. Agen dan prinsipal diasumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri, dan sering kali kepentingan keduanya saling bertentangan. Menurut pandangan prinsipal, kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut didasarkan pada hasil. Sementara menurut pandangan agen, seharusnya sistem kompensasi tidak semata-mata didasarkan kepada hasil tetapi pada proses atau usahanya.

12. Pendekatan Dyadic

        Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan (subordinate), yang berperan dalam proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya. Namun pendekatan ini jarang digunakan. Pendekatan ini  digunakan untuk melihat kesenjangan persepsi antara atasan dan bawahan terhadap sistem penilaian kinerja. Jika kesenjangan tersebut muncul maka akan muncul suatu variabel yang dalam riset dinamakan ketidaksepakatan dalam gaya evaluasi kinerja anaggaran.


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar