Akuntansi
Keperilakuan: Konsep
Keperilakuan Dari Psikologi Dan Psikologi Sosial
Dalam Sosiologi dikenal dua perspektif
utama yaitu perspektif struktural makro yang menekankan pada kajian struktur
sosial dan perspektif mikroyang menekankan pada kajian individualistik dan
psikologi sosial dalam menjalankan perilaku manusia. Perubahan faktor sosiologi
ke faktor psikologi dan psikologi sosial sangat mempengaruhi perilaku. Faktor
ini meliputi sikap dan perubahan sikap, motivasi, persepsi, nilai, pembelajaran
dan kepribadian.
Sikap
Sikap
adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan,
atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek
yang mengarah pada reaksi seseorang. Sikap bukan lah perilaku, tetapi sikap
menghadirkan suatu kesiap siagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku.
Sikap tidak juga sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Sikap
terdiri dari 3 komponen, yaitu pengertian (cognition), pengaruh (affect) dan
perilaku (behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen
tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara
sikap dan perilaku. Sebagai contoh, pernyataan bahwa “diskrimanasi adalah
salah” merupakan pernyataan nilai. Pendapat seperti ini merupakan komponen
kognitif dari sikap. Komponen berikutnya adalah afektif, afektif adalah segmen
emosional atau perasaan dari suatu sikap. Contohnya, pernyataan “saya tidak
menyukai tokoh A karena ia melakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas”.
Konsep
terdekat terkait dengan sikap adalah konsep kepercayaan, opini,nilai, dan
kebiasaan. Secara luas, kepercayaan dapat didefinisikan sebagai komponen
kognitif dari sikap. Kepercayaan dapat dibangun melalui adanya bukti ilmiah,
berdasarkan prasangka atau berdasarkan intuisi. Opini sering diartikan sebagai
sinonim dari sikap atau kepercayaan. Pada umumnya, opini dipandang sebagai
konsep terdekat dari sikap, yang terkait dengan komponen kognitif dari sikap
dan terkait dengan cara seseorang mempertimbangkan atau mengevaluasi suatu
objek. Nilai merupakan tujuan hidup yang penting sekaligus menjadi standart
perilaku. Nilai merupakan pijakan yang paling dalam dan sentimen dimana
seseorang mengorientasi dirinya menuju tujuan yang lebih tinggi dan dimana
mereka membedakan sesuatu yang terbaik. Kebiasaan merupakan ketidakbimbingan,
respon otomatis dan pengulangan pola dan respon perilaku. Kebiasaan berbeda
dengan sikap, sikap bukan merupakan perilaku.
Fungsi
Sikap
Sikap
memiliki fungsi utama: pemahaman, kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan
ungkapn nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang
dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga
melayani suatu hal yang bemanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap
juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan guna melindungi
manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu
sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi. Manusia
memperoleh kepuasan melalui pernyataan diri mereka dengan sikapnya.
Sikap
dan Konsistensi
Orang-orang
mengusahakan konsistensi anatara sikap-sikapnya serta antara sikap dan
perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan
sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka
sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten. Jika terdapat inkosistensi,
maka akan dilakukan usaha untuk mengembalikan perilaku dan sikap yang konsisten
dengan mengubah sikap maupun perilaku atau mengembangkan suatu rasionalisasi
mengenai penyimpangan tersebut.
Formasi
Sikap Dan Perubahan
Formasi
sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang
tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada subtitusi sikap baru untuk
seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter
psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara
sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi
terhadap suatu objek yaitu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak,
traumatis, frekuensi kejadaian, dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah
pada gambaran hidup baru. Seorang manajer sering berusaha mengubah sikap
orang-orang dengan tujuan menimbulkan perilaku yang diinginkan. Penguatan atas
sikap dapat dilakukan dengan memperhatikan bagaimana orang-orang bereaksi
terhadap rangsangan tertentu. Pemimpin akan terus memberikan rangsangan agar
terwujud kecendrungan sikap karyawan yang dipimpinnya kearah yang diinginkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan rangsangan diperlukan untuk merubah sikap.
Beberapa
teori terkait dengan sikap
Sikap bukan merupakan perilaku, tetapi sikap
dengan perilaku saling berhubungan karena perilaku merupakan salah satu
komponen sikap. Dengan demikian, sangat perlu dipelajari teori-teori yang
berkaitan dengan sikap.
1.
Teori Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap dapat membantu
untuk memprediksikan pendekatan yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat
berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaaan. Setiap hari manusia mengubah
sikap dan perilaku karena informasi yang diterima melalui beberapa media,
misalnya televisi, radio, media cetak dan internet. Informasi yang diterima
dari beberapa media ini akan mengarahkan manusia untuk memakai cara tertentu,
membeli suatu produk tertentu, menjadi lebih simpatik kearah tertentu, dan
berbuat sesuatu yang diarahkan pesan dari informasi tersebut.
2.
Teori Pertimbangan Sosial
Teori pertimbangan sosial ini merupakan
suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek
dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini
menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika
mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang lain dan membuat pendekatan
setidaknya untuk dapat mengubah ancaman. Asumsi yang mendasari teori ini adalah
usaha untuk menyebabkan suatu perubahan utama dalam sikap kemungkinan gagal,
sebab perubahan tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan bagi si subjek.
Namun perubahan sikap mungkin dapat terjadi jika orang mengetahui batasan dari
perubahan yang dapat diterima.
Sering yang menjadi faktor utama yang
memengaruhi keberhasilan adalah keberhasilan seorang komunikator dalam menegahi
atau menjembatani dua posisi yang saling bertentangan. Jika komunikator
memosisikan terlalu jauh dari lingkar internal maka pesan yang diterima adalah
menjadi suatu ancaman sehingga hasil yang dicapai mungkin bertentangan dan
sikap tidak berubah. Jika komunikator semakin dekat dengan lingkar internal
maka pesan akan diterima secara positif, tidak dianggap sebagai suatu ancaman.
Jadi amanusia yang berada di kedua posisi yang bertentangan akan mengevaluasi
pesan secara positif dan kemungkinan akan menguibah sikapnya.
3.
Teori Konsistensi dan Teori Perselisihan
Teori konsistensi menjaga hubungan
antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan
teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori
konsistensi. Teori ini memandang perubahan sikap sebagai hal yang masuk akal dan
merupakan proses yang mencerminkan orang-orang yang dibuat untuk menyadari
inkosistensi antara sikap dan perilaku mereka, sehingga mereka termotivasi
untuk mengoreksi inkosistensi tersebut dengan sikap maupun perilakunya kearah
yang lebih baik. Teori ini berkaitan dengan teori desonansi yang menganggap
perselisihan memotivasi orang-orang untguk mengurangi atau menghapuskan
perselisihan. Secara psikologis, perselisihan merupakan hal yang tidak
menyenangkan sehingga orang-orang akan mencari cara menghindari perselisihan.
4. Teori Disonansi Kognitif
Leon
Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini
menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti
adanya suatu inkosistensi. Disonansi tidak biasa dilepaskan dari lingkungan
kerja organisasi. Oleh karena itu setiap orang dapat saja terlibat dalam hal
ini. Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan
ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur itu, dan ganjaran yang munkin terlibat
dalam dalam disonansi.
Teori
ini dapat membantu kecendrungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap
dan perilaku. Festinger mengatakan setiap inkosistensi akan menghasilkan rasa
tidak nyaman, dan sebagai akibatnya seseorang akan mencoba untuk menguranginya.
Jika unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu relatif tidak penting, maka
tekanan untuk mengoreksi ketidakseimbangan ini akan rendah. Jika mereka
mempersepsikan disonansi itu sebagai suatu akibat yang tidak dapat
dikendalikan, maka mereka tidak mempunyai pilihan. Hal ini akan membuat mereka
reseptif terhadap perubahan sikap.
5. Teori Persepsi Diri
Teori
persepsi diri mengganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap berdasarkan
bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri.
Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap
itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang konsisten
dengan perilaku. Menurut teori ini, sikap hanya akan berubah setelah perilaku
berubah. Dalam rangka mengubah sikap, maka manusia harus menemukan rangsangan
terhadapa apa yang dikembangkan berdasarkan kebutuhannya.
Motivasi
Motivasi
adalah proses memulai kesadaran dan tindakan dengan maksud tertentu. Motivasi
adalah kunci untuk memulai, menjalankan, mememlihara dan mengarahkan perilaku.
Motivasi juga terkait dengan reaksi subjektif yant terjadi selama proes ini.
Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang level ini pada
kinerja yang diharapkan agar tujuan organisasi tercapai (Siegel, 1989).
Motivasi adalah konsep yang penting untuk akuntan perilaku karena efektivitas
organisasi tergantung pada performa orang-orang sebagaimana mereka diharapkan
bekerja. Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang ke tingkat
performa yang diharapkan ini agar sasaran organisasi dapat dicapai.
Motif
adalah faktor tunggal yang mencetuskan proses motivasi. Sebagai contoh,
beberapa orang menginginkan, sementara yang lain menginginkan kekuasaaan,
ketenaran, atau keamanan. Motif adalah sifat alami seseorang. Orang yang dari
keluarga sejahtera mungkin mencari pekerjaaan yang memberikan rasa
pencapaian/prestasi dan harga diri. Orang lain dari keluarga miskin mungkin
mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan dari kekuatiran keuangan. Buku-buku
maanjemen banyak menguraikan teori motivasi. Mengerahkan dan memmotivasi orang
lain adalah tugas para manajer. Hal ini sesuai dengan arti manajer memnurut
banyak buku manajemen, yaitu meyelesaikan seseuatu melalui orang lain.
Teori Motivasi Dan
Aplikasinya
Terdapat
keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi. Dengan
demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat
sesuatu
1. Teori
Motivasi Awal
3 teori spesifik dirumuskan selam kurun
waktu tahun 1950 an. Ketiga teori ini adalah teori hirarki kebutuhan, teori X
dan Y DAN Teori Motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena: 1.
Teori ini mewakili suatu dasar darimana teori-teori kontemporer berkembang dan
2. para manajer mempraktekkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk
menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.
2. Teori
Kebutuhan Dan Kepuasan
Moslow menjelaskan suatu bentuk teori
kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing individu mempunyai beraneka
ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
Hirearki kebutuhan manusia oleh Moslow:
-
Kebutuhan fisiologis (physiologis needs) yaitu kebutuhan fisik, seperti rasa
lapar, rasa haus, kebutuhan akan peruumahan, pakaian dan lain sebagainya.
- Kebutuhan akan keamanan (safety
needs) yaitu akan kebutuhan keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman,
perampasan atau pemecatan.
- Kebutuhan sosial (social needs) yaitu
kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang
lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu
kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan dan kasih sayang.
- Kebutuhan akan penghargaan (esteem
needs) yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi
dan prestasi.
-
Kebutuhan akan aktualisasi diri (swelf actualization needs) yaitu kebutuhan
pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang
paling sesuai dengan dirinya.
3. Teori
Kebutuhan McClelland
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh
McClelland pada awal tahun 1990. Teori ini digunakan untuk menjawab
permasalahan yang berhubungan dengan teori kebutuhan dan kepuasan. Teori
McClelland mempunyai suatu faktor hirearki yang memotivasi perilaku. Dalam
kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset
yang dilakukan oleh McClelland memberi hasil bahwa terdapat tiga karakteristik
dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi yaitu:
-
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu
permasalahan.
- Orang yang memilik kebutuhan prestasi
yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yan moderat dan
menghitung resikonya.
-
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat
untuk memperoleh umpan balik (feed back) atau tanggapan atas pelaksanaan
tugasnuya.
4. Teori
Dua Faktor Herzberg
Pada pertengahan tahun1960-an Herzberg
mengajukan suatu teori motivasi yang dibagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting
dari bentuk teori Herzberg adalah faktor yang mempunyai pengaruh positif dalam
motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh
negatif. Faktor-faktor ini meliputi: kebijakan perusahaan, kondisi perusahaan,
hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi:
prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi dan tanggung jawab. Semuanya
ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kepuasan motivasi.
Menurut hasil penelitan Herzberg atas
200 responden yang terdiri dari akuntan dan insinyur terdapat dua faktor yang
terkait dengan kepuasan dan motivasi, yaitu 1) sejumlah kondisi kerja
ekstrinsik yang apabila tidak ada maka menyebabkan terjadinya ketidak puasan
diantara para karyawan. 2) sejumlah kondisi kerja instrinsik, yang apabila ada
fungsi sebagai motivator maka dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik.
Namun, jika tidak maka hal tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya ketidak
puasan.
5. Teori
Keadilan
Teori keadilan pertama kali dipublikasikan
oleh Adam pada tahun 1963. Dalam teori keadilan, kunci ketidak puasan dalam
pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalah jika orang tersebut
membandingkan dengan lingkungn lainnya. Secara umum, teori keadilan merupakan
bentuk dasar dari konsep hubungan pertukaran sosial. Para individu
mempertimbangkan antara input dan output menjadi suatu nilai yang tidak
sebanding. Apabila ketidakhasilan dapat mempengaruhi motivasi, para individu
akan termotivasi untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh rasa
ketidakadilan.
6. Teori ERG
Teori Erg (existense relatedness,
growth) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia memiliki tiga hirearki
kebutuhan, yaitu kebutuhan akan eksistensi (existense needs), kebutuhan akan
keterikatan (relatedness needs) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs).
Teori ERG mengatakan bahwa bila suatu tingkat kebutuhan dari urutan yang lebih
tinggi terhalang, maka timbul hasrat dalam individu itu untuk meningkatkan
kebutuhannya di tingkat lebih rendah.
Teori ERG lebih konsisten dengan
pengetahuan kita mengenai perbedaan individual diantara orang-orang. Variabel
seperti pendidikan, latar belakang keluarga, dan lingkungan budaya dapat
mengubah arti penting yang dimiliki sekelompok kebutuhan terhadap individu
tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan teori ini bertentangan dengan
hirearki kebutuhan menurut Moslow yaitu menyatakan bahwa kebutuhan tingkat
rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat untuk memenuhi kebutuhan dengan
tingkatan yang lebih tinggi.
7. Teori Harapan
Teori ini dikembangkan sejak tahun
1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori ini dikenalkan dalam akuntansi
oleh Ronen dan Livingstone (19175) , kemudian secara komprehensif dan
sistematik dirumuskan oleh Victor Vroom. Teori harapan disebut juga teori
valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa motivasi
ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat
dari tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha
(effort), hasil (income), harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang
berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat
kedua, hubungan anatara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta
valensi yang berkaitan dengan kadar kekuatan dan keinginan seseorang terhadap
hasil tertentu.
8. Teori
Penguatan
Teori penguatan memiliki konsep dasar
yaitu:
-
Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang
dapat diproduksi, kualitas produksi, ketetapan pelaksanaan jadwal produksi, dan
sebagainya.
- Kontijensi penguatan (contingencies
of reinforcement) yang berkaitan dengan urutan-urutan antara stimulus,
tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan.
-
Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya
prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan) maka makin besar terhadap
perilaku.
9. Teori
Penetapan Tujuan
Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke
(1986) konsep dasar dari teori ini adalah karyawan yang memahami tujuan (apa
yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya.
10. Teori
Atribusi
Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider
yang berargumentasi bahwa perilaku sesorang ditentukan oleh kombinasi antara
kekuatan internal (internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha dan kekuatan eksternal (eksternal
forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam
pekerjaaan atau keberuntungan
11. Teori
Agency
Teori ini mengasumsikan kinerja yang
efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi
lingkungan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa prinsipal bersikap netral
terhadap resiko, sementara agen bersikap menolak usaha dan resiko. Agen dan prinsipal
diasumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri, dan sering kali
kepentingan keduanya saling bertentangan. Menurut pandangan prinsipal,
kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut didasarkan pada hasil. Sementara
menurut pandangan agen, seharusnya sistem kompensasi tidak semata-mata
didasarkan kepada hasil tetapi pada proses atau usahanya.
12.
Pendekatan Dyadic
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan (subordinate), yang berperan dalam proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya. Namun pendekatan ini jarang digunakan. Pendekatan ini digunakan untuk melihat kesenjangan persepsi antara atasan dan bawahan terhadap sistem penilaian kinerja. Jika kesenjangan tersebut muncul maka akan muncul suatu variabel yang dalam riset dinamakan ketidaksepakatan dalam gaya evaluasi kinerja anaggaran.
0 komentar:
Posting Komentar